Cerita Dibalik Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco Di Komplek Dharmasala

Hai, Takaiters!

Selain kaya akan tempat-tempat wisatanya yang indah, Dieng juga kaya akan cerita sejarah dan legendanya. Mulai dari Candi Arjuna, Candi Bima, Kawah Candradimuka, Kawah Sikidang, Sumur Jalatunda dan masih banyak lagi.

Semuanya memiliki daya tarik dan pesonanya masing-masing. Begitu juga dengan dua sendang yang ada di komplek Dharmasala. Ada cerita yang menarik dari sendang-sendang tersebut. Penasaran, ya? Simak, yuk?

Sendang Sedayu

Sendang sedayu
Foto: indonesiakaya.com

Sendang secara etimologi berarti kumpulan air suci. Sedangkan Sedayu adalah kata yang sama maknanya dengan rahayu yang berarti membersihkan diri. Jadi Sendang Sedayu memiliki makna mata air suci yang digunakan untuk membersihkan diri dari segala kekotoran duniawi.

Sendang Sedayu berada di belakang komplek Dharmasala sebelah kiri pojok. Sendang ini memiliki kedalaman kurang lebih 5 m. Dan diperuntukkan sebagai tempat pembersihan diri bagi wanita.

Sendang Maerokoco

Sendang ini berada tepat dihadapan sendang Sedayu yaitu di pojok kanan komplek Dharmasala bagian belakang. Nama Maerokoco sendiri merujuk pada nama Gatotkaca. Ksatria pilih tanding yang mana pada saat dia lahir dalam keadaan tidak bisa melihat.

Penamaan Maerokoco dimaksudkan agar setiap orang yang membersihkan disendang ini selalu instropeksi diri terhadap semua hal yang pernah dilakukan.

Sendang Maerokoco memiliki kedalaman kurang lebih 3 m. Sendang ini dinaungi oleh pohon cemedi yang cukup rindang. Di bawah pohon ini terdapat sebuah makam seorang panglima Mataram. Namanya Panglima Kumbang. Dan diperuntukkan sebagai tempat pembersihan diri bagi laki-laki.

Dharmasala Akhir Dari Ritual Pembersihan Diri

 

Foto: sangtravelista.com

Penyucian diri di kedua sendang tersebut dimulai dari sendang Sedayu menuju ke sendang Maerokoco. Setelah itu ritual akan berakhir di Dharmasala. Bangunan yang mirip pendopo berbentuk persegi panjang. Hanya saja bangunannya sangat sederhana hanya beralaskan umpak-umpak dari batu, untuk atapnya menggunakan bambu atau ijuk dan lantainya dari kayu.

Disini mereka merapikan pakaian dan mempersiapkan diri sebelum beranjak ke tempat persembahyangan. Di Dharmasala sendiri juga biasa digunakan sebagai tempat peristirahatan atau tempat mendengarkan penjelasan tentang tata cara peribadatan oleh Biksu.

Tempat Jamasan Anak Berambut Gembel

Sampai sekarang Dharmasala masih digunakan sebagai tempat jamasan bagi anak-anak yang berambut gembel. Mereka yang berambut gembel akan disucikan terlebih dahulu sebelum diruwat. Air yang digunakan untuk menyucikan anak-anak berambut gembel adalah air yang diambil dari sendang Sedayu dan sendang

Maerokoco yang ada di komplek Dharmasala. Sendang yang sudah ada bersamaan dibangunnya komplek Candi Arjuna ini sekitar abad ke 8 masehi menjadi sumber mata air yang sangat penting dan disucikan karena dianggap sebagai awal dari kehidupan. Air di kedua sendang tersebut juga tidak pernah habis bahkan di musim kemarau sekalipun. Air dari sendang tersebut juga di percaya bisa membuat awet muda.

Tak heran jika banyak orang yang berbondong-bondong ingin membasuh mukanya dengan air tersebut.
Takaiters, kapan nih, mau nyusul Takaitu ke komplek Dharmasala Dieng? Ditunggu, loh?