Hai, Takaiters!
Jepang adalah salah satu destinasi favorit di Asia Timur, yang kaya akan keindahan alam dan budaya. Jika ingin traveling ke Jepang tentu ada aturan sosial yang diberlakukan karena negara tersebut dikenal sangat memegang teguh adat-istiadat dan etika.
Turis tidak diharapkan memahami semua aturan yang kompleks, namun setidaknya mereka dapat menghindari kecerobohan yang sering dilakukan. Ada 5 aturan unik yang harus dilakukan dan dihindari saat traveling ke Jepang.
Yuks, simak aturan saat traveling ke Jepang, Takaiters!
1. Jangan sentuh geisha

Geisha merupakan seorang wanita penghibur anggota kelas profesional yang menggunakan make-up tebal dan baju tradisional khas Jepang yang disebut kimono. Untuk menjadi seorang geisha harus mahir menyanyi, menari, dan memainkan alat musik yang disebut samisen.
Banyak geisha yang juga mahir merangkai bunga, melakukan upacara minum teh, atau menggambar kaligrafi sehingga memberikan suasana nyaman dan happy bagi kliennya.
Geisha sering disebut “maiko” atau “geiko”. Jika ingin bertemu geisha, salah satu tempat terbaik untuk menemuinya adalah di ibukota budaya Jepang yaitu Kyoto. Agensi perjalanan Asosiasi Pariwisata Kota Kyoto (KCTA) menyarankan para turis agar tidak meminta geisha untuk berfoto, jangan ganggu mereka atau pegang lengan kimono.
2. Jangan bicara di kereta

Menurut Go Tokyo yang merupakan situs web agen perjalanan untuk Biro Konvensi & Pengunjung Tokyo, ada etika yang perlu diperhatikan jika di dalam kereta. Turis tidak disarankan bicara meskipun ingin masuk atau keluar di dalam kereta yang penuh sesak.
Namun tidak perlu khawatir jika kejadian ini terjadi, karena ada petugas bersarung putih yang dengan sigap menjejalkan turis ke dalam atau keluar kereta.
Aturan lain bagi turis di dalam kereta adalah dilarang berbicara di ponsel. Turis disarankan untuk tidak menelepon siapapun. Jika membawa telepon, hendaknya biarkan dalam mode senyap. Mungkin karena masyarakat sangat menghormati aturan ini sehingga transportasi umum di kota megalopolis seperti Tokyo dapat berfungsi dengan baik.
3. Makan sushi dengan tangan

Sushi adalah makanan ringan dari Jepang yang terdiri dari nasi dibentuk bersama lauk, misalnya ikan laut, daging, sayuran mentah atau yang sudah dimasak. Sushi mempunyai cita rasa asam dengan tekstur lembut. Hal ini karena dalam proses pembuatannya dibumbui campuran cuka beras (mizkan), garam, dan gula.
Ketika makan sushi hendaknya mengikuti kebiasaan masyarakat lokal di sana lho yang memakannya menggunakan tangan. Namun, jika enggan menggunakan tangan dapat menggunakan sumpit atau garpu.
4. Kuil dan Candi

Daya tarik wisata selain geisha adalah candi dan kuil yang merupakan tempat pemujaan sakral. Turis hendaknya tenang dan hormat saat berada di tempat tersebut. Asosiasi pariwisata Kyoto juga meminta pengunjung yang memakai kacamata hitam ataupun topi untuk melepasnya.
Selama ini sering dijumpai turis yang seenaknya sendiri duduk dimana-mana di dalam tempat suci bahkan di tempat yang bukan tempat beristirahat. Para turis juga dilarang mengambil foto patung Budha di tempat yang di larang.
5. Aturan Ryokan

Salah satu cara yang populer untuk merasakan keramahan orang Jepang adalah menginap di penginapan tradisional, atau ryokan. Namun, hal itu memiliki banyak aturan sosial daripada menginap di hotel.
Banyak orang yang berpikir bahwa ryokan memiliki fasilitas mewah karena harga yang dibandrol tidaklah murah. Padahal, ryokan biasanya berupa satu kamar yang dilengkapi dengan perabotan sederhana dan dilapisi dengan tikar tatami.
6. Etika Onsen

Jepang memiliki etika yang cukup terbilang unik dalam menikmati onsen. Melalui buku yang berjudul
“How to Enjoy Tokyo: Manners & Custom Handbook”, pemerintah Metropolitan Tokyo menyarankan para pengunjung untuk melepas semua pakaian menggunakan onsen, yang merupakan area pemandian yang terhubung dengan mata air panas alami Jepang.
Para pengunjung harus membilas sebelum masuk dan menahan diri untuk tidak langsung berenang, melompat atau menyelam ke dalam air. Rambut dan handuk juga tidak boleh menyentuh air.
Selain itu, ada keterbatasan ruang ketika pengunjung bertato berkunjung ke onsen yang lebih tradisional mungkin ditolak masuk karena tato dikaitkan dengan “yakuza” Jepang, atau kelompok kejahatan terorganisir.
7. Aturan Berbelanja

Jepang memiliki beberapa aturan tata krama yang perlu diketahui turis dalam berbelanja di pusat perbelanjaan. Apabila tergesa-gesa ingin turun hendaknya menggunakan tangga bukan ekskalator. Turis tidak disarankan melakukan transaksi tawar-menawar untuk menghasilkan harga yang disepakati karena hal ini tidak umum.
Selain itu, ukuran pakaian berbeda dari yang ada di negara-negara lain. Ukuran kemeja pria ekstra besar di Jepang serupa dengan kemeja pria A.S. Bahkan brand Uniqlo, yang merupakan merek kasual paling terkenal di Jepang, menjual lebih dari ukuran XXL.
Nah, itulah 7 aturan unik yang mungkin kamu jumpai saat traveling ke Jepang. Semangat traveling!